Pengusir tikus alatnya sangat banyak, Hal nin ada karena ikus juga pintar untuk mengenali umpan dalam perangkap. Ketika tikus terjebak dalam perangkap, yang lain segera mengenali umpan tikus, Seiring dengan perangkat Adalah perangkap. Kemudian masyarakat akan menghindari tikus. Oleh karena itu sulit ditekan populasi tikus. Selain itu, tingkat kelahiran tinggi tikus. Salah satu orangtua bisa melahirkan 5 ? 8 ekor anak. Sesuai jumlah tikus di sawah sering meledak meski perang itu dilakukan racun tikus. Perang melawan tikus sebagai abadi .
Berbeda dengan racun atau perangkap, kulit jengkol tidak membunuh tikus. Kulit aroma Ditempatkan jengkol membuat tikus tidak berdiri. Jadi ketika ditempatkan di sawah tikus lubang kulit jengkol, mereka menghindar dari daerah. Cara lain untuk menghancurkan kulit jengkol, melarutkannya dalam air, kemudian menyemprotkan larutan jengkol kulit dengan tanah. Dengan cara itu mouse jauh dari lapangan.
Cara terakhir ini lebih merepotkan bagi petani hari ini. Namun, penelitian didasarkan pada Lahan Rawa Agriculture Research Institute ( Balittra ) Banjarbaru, Kalimantan Selatan, tepatnya bagaimana menguntungkan dua ganda . Karena solusi ini juga insektisida jengkol. Pengamatan Balittra di lahan basah dan sayuran yang disemprot dengan larutan 1,5 dosis kulit jengkol 2.0 g / liter air bebas dari tikus, penggerek batang padi, hama putih palsu, ulat grayak hama putih, cacing inci, ulat dan ulat buah Plutella.
Bahkan, daerah lain yang tidak menggunakan solusi infestasi tikus jengkol, penggerek batang padi, ulat grayak, ulat inci, hama putih palsu dan kerusakan hama putih dengan tingkat 35-75 % . Kulit khasiat sebagai rodentisida dan insektisida jengkol senyawa kimia setara? Bahan aktif bromadiolone antikoagulan.
Penelitian Terry Pakki, Muhammad Taufik, dan AM Adnan Sulawesi Selatan, Dari Departemen Agroteknologi, Konsentrasi Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, dan Balai Penelitian Tanaman Sereal, Maros, memperkuat penelitian Balittra. Perbedaannya adalah Terry dkk, bukan untuk menguji toksisitas kulit, tetapi biji jengkol ekstrak pada perilaku tikus di laboratorium. Mereka menimbang biji jengkol tua sesuai perlakuan 200 g, 400 g, 600 g, 800 g dan Ago memblendernya dan tambahkan 1 liter air. Solusi ini kemudian disaring dan diterapkan. Sebagai perbandingan juga dibuat dalam bentuk kontrol tanpa ekstrak air jernih jengkol .
Bagaimana, mengingat biji jengkol cairan terbuka kontainer diameter 5,8 cm dan tinggi 11,4 cm, masing-masing 200 ml dan kemudian disimpan dalam kandang tertutup dengan tikus. Inap dalam bentuk kotak ukuran kawat 27,4 cm x 16,5 cm x 13,2 cm. Uji kandang disegel dengan plastik transparan sehingga bau jengkol bertahan hidup. Sementara tikus yang digunakan mencit betina dewasa berusia 3 bulan. Selama studi tersebut, tikus diberi makan dengan roti .
Hasilnya diberikan ekstrak tikus jengkol dalam kandang terlihat gugup pada hari pertama dan mencoba untuk menjauh dari sumber bau. Pada hari - 2 tikus mulai bergerak perlahan-lahan, dan kemudian pada hari 3 dan seterusnya sampai tikus meninggal lebih tenang. Tikus tercepat mati pada perlakuan 200 g dan 400 g adalah pada hari 10 dan hari 13. Sementara pengobatan ? 600 g dan 800 g sampai hari 18. Dalam kedua 2 perawatan tikus, tikus bengkak perut dan leher. Sedangkan kontrol tikus gelisah pada hari pertama, namun kembali normal pada hari kedua, dan kemudian bertahan sampai hari terakhir pengamatan.
Benih Diduga jengkol mengandung zat beracun yang terlarut dalam larutan urea . Dia kemudian menguap dan dihirup tikus racun . Asam Jengkolat juga dapat mengikat unsur sulfur ( belerang ) dilarutkan dalam air rendaman . Tikus diberi dosis ekstrak 200 g dan 400 g mati lebih cepat karena solusi begitu encer senyawa beracun menguap dengan cepat dan racun tikus . Sementara dosis 600 g dan 800 g lebih terkonsentrasi sehingga sulit untuk menguap . Namun , efek toksik pada dosis terkonsentrasi jengkol yang lebih keras : leher dan perut bengkak tikus .
Sastra juga menyebutkan sejumlah kelompok senyawa alkaloid minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin dan saponin pada jengkol memiliki peran sebagai rodentisida dan insektisida . Paduan itu mengeluarkan senyawa aroma menyengat , nafsu makan menghambat , dan beracun untuk hama pada tingkat tinggi . Tepat, istilah ini tidak monopoli hama keracunan jengkol. Jengkol juga manusia racun. Jengkol hanya aman bila dikonsumsi dalam jumlah besar yang diperam dalam tanah untuk menetralkan racun.
bahan lainnya
Memang tidak hanya kulit jengkol resep petani di masa lalu untuk mengusir tikus atau hama lainnya. Beragam biopestisida membentuk biorodentisida dan bioinsektisida, Lainnya adalah bintaro Cerbera odollam dan Noni mengkudu . Caranya hampir sama . Untuk mengusir tikus, tempatkan bintaro atau buah noni di mulut lubang tikus atau jalan biasa.
Perbedaannya adalah bahwa buah muda digunakan bintaro, sementara noni tua. Itu karena buah racun bintaro Cerberin Jauh lebih banyak dari buah muda. Sebaliknya tajam aroma noni lebih kuat dalam buah tua. Sementara untuk menghilangkan hama serangga, baik tanaman ini Bagian daun dan buah Dapat diekstraksi, dan kemudian disemprotkan ke lahan yang terkena serangan. Pengalaman Balittra, bintaro dapat menghilangkan ulat grayak hama, hama Plutella, inci cacing, penggrek batang, hama putih dan hama putih palsu. Noni juga dapat mengusir ulat grayak dan, Caterpillar mustard .
Pengetahuan lokal masa lalu tentu merupakan aset bagi dunia ilmiah. Hal ini dapat diuji efektivitasnya di masa sekarang . Bahkan membuka peluang juga memodifikasi bahan untuk menjadi formula yang lebih efektif.
